PROBLEMATIKA DAN PEMECAHAN PERKULIAHAN AKHLAK
TASAWUF
Disusun guna memenuhi tugas UAS mata kuliah
Metodologi Studi Islam
Dosen pengampu Dr. M. Zulfa, M.Ag
Oleh:
ANA BI’AUNIKA
111-13-048
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
A.
Latar belakang
Manusia
adalah salah satu makhluk yang paling mulia yang diciptakan sebagai khalifah di
bumi ini. Manusia tidak bisa hidup dengan tentram dan damai jika tidak berkomunikasi
dengan Tuhan. Relasi manusia dengan Tuhannya akan berakhir bahwa Tuhanlah
satu-satunya referensi yang pokok dan dasar dari segala yang ada. Ma‟rifat
Allah merupakan perbendaharaan dan kemuliaan bagi manusia yang memiliki kalbu,
arti rohani sering disebut akal, nafsu dan ruh. Dengan hati dan akal inilah
manusia diharapkan mampu membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk.
Tasawuf
berasal dari kata “Shofa-un” yang artinya bersih atau murni. Kata inti
yang menjadi motivasi dan laku sufi (orang yang melakukan ajaran tasawuf)
adalah pembersihan batin atau hati. Kesucian hati sangat dibutuhkan bahkan
menjadi prasyarat tercapainya penglihatan atau ma‟rifat Tuhan. Adapun tujuan
dari tasawuf yang hakiki adalah pembinaan akhlak secara pribadi dan berhubungan
dengan makhluk lain, yang semua itu dilakukan untuk memperoleh kerelaan Tuhan.
Kesadaran diri akan kehadiran Tuhan dengan segala kesempurnaan sifat-Nya.
Proses
untuk membersihkan diri dan mengendalikan nafsu yang muncul dari dalam diri manusia
akibat pengaruh lingkungan duniawi inilah hakekat dari tasawuf. Untuk dapat
mengetahui dan membaca situasi dan kondisi dimana manusia berada membutuhkan
keadaan diri yang suci dan bersih. Hal ini merupakan tuntunan dari syariat dan
untuk menuju pada hakekat agama islam. Sinergi antara pencarian ilmu dan
penyucian diri seperti tersebut dalam Al-Quran Surat Al-Alaq ayat 1-5. Akhlak tasawuf merupakan salah satu ilmu yang
mengembangkan sistem pendidikan yang khas dimana persoalan batiniah menjadi
persoalan yang paling dominan dalam memberikan pengalaman spiritual dan
mempengaruhi watak serta kepribadian seseorang. Akhlak tasawuf secara esensial
menjadi sebuah pembelajaran yang praktis dan implementatif untuk mendidik,
membimbing serta membina seseorang mengikuti suatu cara berfikir, merasa dan
bertindak sesuatu. Akhlak tasawuf merupakan kolaborasi antara ilmu akidah dan
ilmu akhlak dimana seseorang yang mempunyai akidah yang baik bisa dipastikan
mempunyai akhlak, tindakan serta pengalaman spiritual yang baik pula. Kita
sadar bahwa manusia mempunyai naluri ber-Tuhan. Naluri ber-Tuhan yang terdapat
menurut kejadian diri setiap orang mungkin akan lenyap apabila tidak dipupuk
dan dipelihara. Apalagi kalau disengaja untuk dihilangkan atau dimatikan dengan
jalan melepaskan diri kepada pengaruh kerohanian dan rasa ke-Tuhanan. Allah SWT
menciptakan manusia dengan membawa jiwa imanitas dan humanitas yang tumbuh
sebelum manusia lahir di dunia. Yang dimaksud imanitas adalah manusia
dilahirkan di dunia ini pada hakekatnya adalah dalam keadaan iman dan
bahwasanya sebelum dilahirkan manusia meyakini Allah yang menciptakan manusia
tersebut karena setiap bayi yang dilahirkan di dunia ini adalah dalam keadaan
suci. Sedangkan yang dimaksud dengan humanitas adalah di mana manusia sebagai
salah satu khalifah ataupun individu yang diberi kelebihan oleh Allah SWT yang
memiliki kehendak untuk mengendalikan, mengarahkan dan mengembangkan segenap
potensi- potensi positif yang ada dalam jiwa manusia, jiwa inilah yang
menandakan substansi manusia yang berbeda dengan substansi makhluk lain.
Manusia mungkin bisa menemukan dirinya karena dengan mengenal dirinya ia akan
mengenal Tuhan, seperti yang tertera dalam QS. Al-Hasyr: 19 yang artinya: “Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang
fasik.”
Mayoritas mahasiswa yang mengimplementasikan
akhlak tasawuf dalam kehidupan pribadinya, mengalami hal-hal ajaib yang
mengindikasikan bahwa mereka telah mendapatkan pengalaman spiritual yang baik
meskipun ada juga mahasiswa yang belum berhasil mendapatkan pengalaman
spiritual karena rendahnya tingkat keyakinannya kepada Allah. Moralitas yang
menjadi inti dari ajaran tasawuf dapat mendorong mahasiswa untuk memelihara
dirinya dari menelantarkan kebutuhan-kebutuhan spiritualitasnya. Sebab,
menelantarkan kebutuhan spiritualitas sangat bertentangan dengan tindakan yang
dikehendaki Allah. Di samping itu, hubungan perasaan mistis dan berbagai
pengalaman spiritual yang dirasakan oleh mahasiswa juga dapat menjadi pengobat,
penyegar, dan pembersih jiwa yang ada dalam diri manusia. Mahasiswa yang
melaksanakan ajaran Akhlak Tasawuf dengan keyakinan yang benar secara
signifikan akan mendapatkan pengalaman spiritual yang ajaib, serta kualitas
akidah dan akhlaknya semakin meningkat. Bertolak dari latar belakang masalah di
atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: problematika
dan pemecahan perkuliahan akhlak tasawuf, agar menemukan kesulitan pemahaman
mahasiswa dari segi teori dan sistematika perkuliahannya. Agar akhlak tasawuf
bisa dipraktekkan mahasiswa dalam kehidupannya, maka harus ditemukan kesulitan
dalam perkuliahannya terlebih dahulu.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa
saja kesulitan yang berhubungan dengan proses perkuliahan akhlak tasawuf?
2.
Apa
saja kesulitan substansi materi perkuliahan akhlak tasawuf?
3.
Apa
saja kesulitan penerimaan dan penguasaan materi perkuliahan akhlak tasawuf?
4.
Apa
saja kesulitan evaluasi perkuliahan akhlak tasawuf?
5.
Bagaimana
solusi untuk mengatasi kesulitan dalam perkuliahan akhlak tasawuf?
C.
Pembahasan
Observasi ini dilakukan menggunakan metode wawancara (interview) dan
studi pustaka.
Wawancara (interview) dengan dua mahasiswa IAIN Salatiga semester 4
yang mengikuti perkuliahan akhlak tasawuf dengan dosen pengampu yang sama (M.
Ghufron, M.Ag) untuk mengetahui kesulitan yang dialami mahasiswa dalam
perkuliahannya.
Studi pustaka untuk mencari solusi dari kesulitan-kesulitan yang
dialami mahasiswa dalam perkuliahan akhlak tasawuf.
Penjabaran dan rangkuman hasil
wawancara:
1.
Kesulitan
dan problem yang berhubungan dengan proses perkuliahan a. Metode perkuliahan
Metode
perkuliahan akhlak tasawuf lumayan efektif karena diawal perkuliahan dosen
sudah menjelaskan semua sistematika yang akan dilaksanakan untuk disepakati dan
dilaksanakan bersama selama 1 semester kedepan.
Sistematika
penilaian, dan semua aturan tidak membuat mahasiswa merasa tertekan saat
melaksanakan. Semua mahasiswa dituntut untuk aktif dalam perkuliahan maupun
dalam mempraktekkan teori secara langsung dan bertahap dalam dalam kehidupan
sehari-harinya.
b. Kejelasan
Kejelasan dalam
penyampaian materi kurang karena suara dosen yang sangat lembut dan kurang
keras. Membuat mahasiswa sedikit kesulitan dalam menamgkap informasi ataupun
penjelasan yang diberikan dosen
c. Pemanfaatan
media
Pemanfaatan
media masih kurang, perlu di tingkatkan. Hal ini juga di pengaruhi oleh
fasilitas ruang kelas yang LCDnya rusak dan tidak dapat digunakan. Bahkan
hingga dalam jangka waktu 1 semester LCD dalam ruang C9 tidak memperoleh
perhatian pihak kampus untuk segera di perbaiki.
Tentunya hal
ini tidak hanya merugikan mahasiswa dan dosen perkuliahan akhlak tasawuf saja,
tapi juga kelas lain dan perkuliahan lain yang menggunakan kelas C9. Padahal
penggunaan LCD dalam perkuliahan sangat diperlukan agar penyampaian materi
lebih representatif.
2.
Kesulitan
substansi materi perkuliahan
Kesulitan
materi kuliah tidak terlalu banya, karena dosen selalu memberi penjelasan
dengan jelas disertai contoh fenomena keseharian yang terjadi di masyarakat.
Sehingga mahasiswa mampu menangkap inti materi dengan mudah. Mahasiswa juga
dianjurkan mempaktekkan setiap teori yang sudah diajarkan.
3.
Kesulitan
penerimaan dan penguasaan
Tidak ada
kesulitan penerimaan dan penguasaan materi yang dialami oleh mahasiswa dalam
perkuliaha akhlak tasawuf.
Karena
perkuliahan dengan cara pembagian materi yang selanjutnya harus dipresentasikan
oleh setiap kelompok. Audience diwajibkan bertanya semuanya, dan diakhir
presentasi dosen memberikan feedback dari materi yang sudah disampaikan.
Jadi jika ada
jawaban yang kurang tepat dari pemakalah, akan diluruskan dan dikomentari oleh
dosen di sesi terakhirnya. Kemudian mahasiswa juga masih diberi kebebasan
menanggapi ataupun menyanggah feedback dari dosen tersebut.
Perkuliahan
yang aktif, diskusi yang aktif akan meminimalisir kesulitan mahasiswa dalam
memahami materi. Dan cara ini tentu akan memberi dampak lain diluar pemahaman
materi perkuliahan. Misalnya melatih mahasiswa menjadi lebih berani dan pandai
dalam berbicara atau mengungkapkan pendapatnya di dalam forum.
4.
Kesulitan-kesulitan
evaluasi (UTS/UAS)
Tidak ada
kesulitan evaluasi materi perkuliahan akhlak tasawuf, baik itu dari UTS atupun
dari UAS. Karena dosen memberikan kisi-kisi materi yang akan di ujikan. Dan
kisi-kisi tersebut sesuai dengan materi yang dikaji bersama selama dalam
perkuliahan.
D.
Solusi dan pemecahan
1.
Solusi
untuk kesulitan dan problem yang berhubungan dengan proses perkuliahan
a.
Metode
perkuliahan
Perkuliahan
tidak hanya dengan kajian teori saja, tapi juga kepada praktek amalan langsung
di kehidupan mahasiswa. Dosen sering memberikan amalan doa untuk diamalkan
langsung dan rutin oleh mahasiswa.
b.
Kejelasan
Dosen harusnya
meningkatkan volume suaranya agar mahasiswa lebih jelas dalam menangkap materi
yang disampaikan dosen. Juga agar mahaiswa tidak mengalami rasa bosan, karena
akan menimbulkan rasa mengantuk yang berat, akibat suara yang terlalu pelan dan
situasi perkuliahan sore hari yang panas di lantai 3 sangat rentan dengan rasa
kantuk yang dialami mahasiswa. Tapi hal ini diatasi dengan cara menghidupkan
suasana diskusi kelas yang sangat kritis sehingga mahasiswa selalu fokus saat
perkuiahan dan tidak mengantuk.
c.
Pemanfaatan
media
Harusnya LCD
segera diperbaki, atau perkuliahan dilaksanakan di kelas lain selain C9.
2.
Kesulitan
substansi materi perkuliahan
(Tidak
ditemukan kesulitan dari substansi materi
perkuliahan akhlak tasawuf) dosen selalu memberikan contoh nyata dari
pengalaman spiritualnya sendiri ataupun fenomena sosial yang ada.
3.
Kesulitan
penerimaan dan penguasaan
(Tidak
ditemukan kesulitan dalam penerimaan dan penguasaan materi perkuliahan akhlak tasawuf) ilmu yang didapat
mahasiswa tidak hanya sebatas pengetahuan teori dalam kelas. Tapi juga
pengalaman spiritual dan perubahan diri mahasiswa setelah mempraktekkan ilmu
akhlak tasawuf secara langsung sesuai anjuran dan pengarahan dosen.
4.
Kesulitan-kesulitan
evaluasi (UTS/UAS)
(Tidak
ditemukan kesulitan dalam evaluasi materi perkuliahan akhlak tasawuf, baik di
UTS atupun di UAS) Karena dosen memberikan kisi-kisi materi yang akan di
ujikan. Dan kisi-kisi tersebut sesuai dengan materi yang dikaji bersama selama
dalam perkuliahan. Mahasiswa juga telah mempraktekkan teorinya sendiri, dan
mengambil contoh fenomena sosial, sehingga meminimalisir kesulitan jika
diadakan evaluasi teori.
E.
Penutup
Pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas tidak akan berjalan dengan baik tanpa menggunakan
media dan metode yang baik. Penggunaan metode belajar yang salah akan
mengakibatkan isi pembelajaran yang disampaikan menjadi tidak tersampaikan
secara utuh. Mahasiswa diharuskan mempraktekkan ajaran-ajaran akhlak tasawuf
apabila ia ingin mendapatkan pengalaman spiritual. Metode praktik ini
didasarkan pada trial and learning karena metode ini untuk membuktikan
kebenaran yang ada dalam firman Allah SWT di dalam kitab suci Al-Qur’an maupun
Al-Hadis Nabi Muhammad SAW. Mahasiswa harus mempraktekkan sedekah dulu, apabila
disertai dengan keyakinan maka mahasiswa pasti mendapatkan balasan sepuluh kali
lipatnya atau lebih, juga sebaliknya jika mahasiswa meragukan kebenaran janji
Allah SWT maka ia akan mendapatkan balasan sesuai persangkaannya kepada Allah
SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar