Kamis, 09 Juni 2016

PROBLEMATIKA DAN PEMECAHAN PERKULIAHAN AKHLAK TASAWUF



PROBLEMATIKA DAN PEMECAHAN PERKULIAHAN AKHLAK TASAWUF
Disusun guna memenuhi tugas UAS mata kuliah Metodologi Studi Islam
Dosen pengampu Dr. M. Zulfa, M.Ag

logo iain
Oleh:
ANA BI’AUNIKA   111-13-048

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015

A.    Latar belakang
Manusia adalah salah satu makhluk yang paling mulia yang diciptakan sebagai khalifah di bumi ini. Manusia tidak bisa hidup dengan tentram dan damai jika tidak berkomunikasi dengan Tuhan. Relasi manusia dengan Tuhannya akan berakhir bahwa Tuhanlah satu-satunya referensi yang pokok dan dasar dari segala yang ada. Ma‟rifat Allah merupakan perbendaharaan dan kemuliaan bagi manusia yang memiliki kalbu, arti rohani sering disebut akal, nafsu dan ruh. Dengan hati dan akal inilah manusia diharapkan mampu membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk.
Tasawuf berasal dari kata “Shofa-un” yang artinya bersih atau murni. Kata inti yang menjadi motivasi dan laku sufi (orang yang melakukan ajaran tasawuf) adalah pembersihan batin atau hati. Kesucian hati sangat dibutuhkan bahkan menjadi prasyarat tercapainya penglihatan atau ma‟rifat Tuhan. Adapun tujuan dari tasawuf yang hakiki adalah pembinaan akhlak secara pribadi dan berhubungan dengan makhluk lain, yang semua itu dilakukan untuk memperoleh kerelaan Tuhan. Kesadaran diri akan kehadiran Tuhan dengan segala kesempurnaan sifat-Nya.
Proses untuk membersihkan diri dan mengendalikan nafsu yang muncul dari dalam diri manusia akibat pengaruh lingkungan duniawi inilah hakekat dari tasawuf. Untuk dapat mengetahui dan membaca situasi dan kondisi dimana manusia berada membutuhkan keadaan diri yang suci dan bersih. Hal ini merupakan tuntunan dari syariat dan untuk menuju pada hakekat agama islam. Sinergi antara pencarian ilmu dan penyucian diri seperti tersebut dalam Al-Quran Surat Al-Alaq ayat 1-5. Akhlak tasawuf merupakan salah satu ilmu yang mengembangkan sistem pendidikan yang khas dimana persoalan batiniah menjadi persoalan yang paling dominan dalam memberikan pengalaman spiritual dan mempengaruhi watak serta kepribadian seseorang. Akhlak tasawuf secara esensial menjadi sebuah pembelajaran yang praktis dan implementatif untuk mendidik, membimbing serta membina seseorang mengikuti suatu cara berfikir, merasa dan bertindak sesuatu. Akhlak tasawuf merupakan kolaborasi antara ilmu akidah dan ilmu akhlak dimana seseorang yang mempunyai akidah yang baik bisa dipastikan mempunyai akhlak, tindakan serta pengalaman spiritual yang baik pula. Kita sadar bahwa manusia mempunyai naluri ber-Tuhan. Naluri ber-Tuhan yang terdapat menurut kejadian diri setiap orang mungkin akan lenyap apabila tidak dipupuk dan dipelihara. Apalagi kalau disengaja untuk dihilangkan atau dimatikan dengan jalan melepaskan diri kepada pengaruh kerohanian dan rasa ke-Tuhanan. Allah SWT menciptakan manusia dengan membawa jiwa imanitas dan humanitas yang tumbuh sebelum manusia lahir di dunia. Yang dimaksud imanitas adalah manusia dilahirkan di dunia ini pada hakekatnya adalah dalam keadaan iman dan bahwasanya sebelum dilahirkan manusia meyakini Allah yang menciptakan manusia tersebut karena setiap bayi yang dilahirkan di dunia ini adalah dalam keadaan suci. Sedangkan yang dimaksud dengan humanitas adalah di mana manusia sebagai salah satu khalifah ataupun individu yang diberi kelebihan oleh Allah SWT yang memiliki kehendak untuk mengendalikan, mengarahkan dan mengembangkan segenap potensi- potensi positif yang ada dalam jiwa manusia, jiwa inilah yang menandakan substansi manusia yang berbeda dengan substansi makhluk lain. Manusia mungkin bisa menemukan dirinya karena dengan mengenal dirinya ia akan mengenal Tuhan, seperti yang tertera dalam QS. Al-Hasyr: 19 yang artinya: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.”
Mayoritas mahasiswa yang mengimplementasikan akhlak tasawuf dalam kehidupan pribadinya, mengalami hal-hal ajaib yang mengindikasikan bahwa mereka telah mendapatkan pengalaman spiritual yang baik meskipun ada juga mahasiswa yang belum berhasil mendapatkan pengalaman spiritual karena rendahnya tingkat keyakinannya kepada Allah. Moralitas yang menjadi inti dari ajaran tasawuf dapat mendorong mahasiswa untuk memelihara dirinya dari menelantarkan kebutuhan-kebutuhan spiritualitasnya. Sebab, menelantarkan kebutuhan spiritualitas sangat bertentangan dengan tindakan yang dikehendaki Allah. Di samping itu, hubungan perasaan mistis dan berbagai pengalaman spiritual yang dirasakan oleh mahasiswa juga dapat menjadi pengobat, penyegar, dan pembersih jiwa yang ada dalam diri manusia. Mahasiswa yang melaksanakan ajaran Akhlak Tasawuf dengan keyakinan yang benar secara signifikan akan mendapatkan pengalaman spiritual yang ajaib, serta kualitas akidah dan akhlaknya semakin meningkat. Bertolak dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: problematika dan pemecahan perkuliahan akhlak tasawuf, agar menemukan kesulitan pemahaman mahasiswa dari segi teori dan sistematika perkuliahannya. Agar akhlak tasawuf bisa dipraktekkan mahasiswa dalam kehidupannya, maka harus ditemukan kesulitan dalam perkuliahannya terlebih dahulu.
B.     Rumusan masalah

1.      Apa saja kesulitan yang berhubungan dengan proses perkuliahan akhlak tasawuf?
2.      Apa saja kesulitan substansi materi perkuliahan akhlak tasawuf?
3.      Apa saja kesulitan penerimaan dan penguasaan materi perkuliahan akhlak tasawuf?
4.      Apa saja kesulitan evaluasi perkuliahan akhlak tasawuf?
5.      Bagaimana solusi untuk mengatasi kesulitan dalam perkuliahan akhlak tasawuf?

C.    Pembahasan
Observasi ini dilakukan menggunakan metode wawancara (interview) dan studi pustaka.
Wawancara (interview) dengan dua mahasiswa IAIN Salatiga semester 4 yang mengikuti perkuliahan akhlak tasawuf dengan dosen pengampu yang sama (M. Ghufron, M.Ag) untuk mengetahui kesulitan yang dialami mahasiswa dalam perkuliahannya.
Studi pustaka untuk mencari solusi dari kesulitan-kesulitan yang dialami mahasiswa dalam perkuliahan akhlak tasawuf.
Penjabaran  dan rangkuman hasil wawancara:
1.      Kesulitan dan problem yang berhubungan dengan proses perkuliahan a. Metode perkuliahan
Metode perkuliahan akhlak tasawuf lumayan efektif karena diawal perkuliahan dosen sudah menjelaskan semua sistematika yang akan dilaksanakan untuk disepakati dan dilaksanakan bersama selama 1 semester kedepan.
Sistematika penilaian, dan semua aturan tidak membuat mahasiswa merasa tertekan saat melaksanakan. Semua mahasiswa dituntut untuk aktif dalam perkuliahan maupun dalam mempraktekkan teori secara langsung dan bertahap dalam dalam kehidupan sehari-harinya.
b. Kejelasan
Kejelasan dalam penyampaian materi kurang karena suara dosen yang sangat lembut dan kurang keras. Membuat mahasiswa sedikit kesulitan dalam menamgkap informasi ataupun penjelasan yang diberikan dosen
c. Pemanfaatan media
Pemanfaatan media masih kurang, perlu di tingkatkan. Hal ini juga di pengaruhi oleh fasilitas ruang kelas yang LCDnya rusak dan tidak dapat digunakan. Bahkan hingga dalam jangka waktu 1 semester LCD dalam ruang C9 tidak memperoleh perhatian pihak kampus untuk segera di perbaiki.
Tentunya hal ini tidak hanya merugikan mahasiswa dan dosen perkuliahan akhlak tasawuf saja, tapi juga kelas lain dan perkuliahan lain yang menggunakan kelas C9. Padahal penggunaan LCD dalam perkuliahan sangat diperlukan agar penyampaian materi lebih representatif.
2.      Kesulitan substansi materi perkuliahan
Kesulitan materi kuliah tidak terlalu banya, karena dosen selalu memberi penjelasan dengan jelas disertai contoh fenomena keseharian yang terjadi di masyarakat. Sehingga mahasiswa mampu menangkap inti materi dengan mudah. Mahasiswa juga dianjurkan mempaktekkan setiap teori yang sudah diajarkan.
3.      Kesulitan penerimaan dan penguasaan
Tidak ada kesulitan penerimaan dan penguasaan materi yang dialami oleh mahasiswa dalam perkuliaha akhlak tasawuf.
Karena perkuliahan dengan cara pembagian materi yang selanjutnya harus dipresentasikan oleh setiap kelompok. Audience diwajibkan bertanya semuanya, dan diakhir presentasi dosen memberikan feedback dari materi yang sudah disampaikan.
Jadi jika ada jawaban yang kurang tepat dari pemakalah, akan diluruskan dan dikomentari oleh dosen di sesi terakhirnya. Kemudian mahasiswa juga masih diberi kebebasan menanggapi ataupun menyanggah feedback dari dosen tersebut.
Perkuliahan yang aktif, diskusi yang aktif akan meminimalisir kesulitan mahasiswa dalam memahami materi. Dan cara ini tentu akan memberi dampak lain diluar pemahaman materi perkuliahan. Misalnya melatih mahasiswa menjadi lebih berani dan pandai dalam berbicara atau mengungkapkan pendapatnya di dalam forum.
4.      Kesulitan-kesulitan evaluasi (UTS/UAS)
Tidak ada kesulitan evaluasi materi perkuliahan akhlak tasawuf, baik itu dari UTS atupun dari UAS. Karena dosen memberikan kisi-kisi materi yang akan di ujikan. Dan kisi-kisi tersebut sesuai dengan materi yang dikaji bersama selama dalam perkuliahan.
D.    Solusi dan pemecahan
1.      Solusi untuk kesulitan dan problem yang berhubungan dengan proses perkuliahan
a.       Metode perkuliahan
Perkuliahan tidak hanya dengan kajian teori saja, tapi juga kepada praktek amalan langsung di kehidupan mahasiswa. Dosen sering memberikan amalan doa untuk diamalkan langsung dan rutin oleh mahasiswa.
b.      Kejelasan
Dosen harusnya meningkatkan volume suaranya agar mahasiswa lebih jelas dalam menangkap materi yang disampaikan dosen. Juga agar mahaiswa tidak mengalami rasa bosan, karena akan menimbulkan rasa mengantuk yang berat, akibat suara yang terlalu pelan dan situasi perkuliahan sore hari yang panas di lantai 3 sangat rentan dengan rasa kantuk yang dialami mahasiswa. Tapi hal ini diatasi dengan cara menghidupkan suasana diskusi kelas yang sangat kritis sehingga mahasiswa selalu fokus saat perkuiahan dan tidak mengantuk.
c.       Pemanfaatan media
Harusnya LCD segera diperbaki, atau perkuliahan dilaksanakan di kelas lain selain C9.
2.      Kesulitan substansi materi perkuliahan
(Tidak ditemukan kesulitan dari substansi materi  perkuliahan akhlak tasawuf) dosen selalu memberikan contoh nyata dari pengalaman spiritualnya sendiri ataupun fenomena sosial yang ada.
3.      Kesulitan penerimaan dan penguasaan
(Tidak ditemukan kesulitan dalam penerimaan dan penguasaan materi  perkuliahan akhlak tasawuf) ilmu yang didapat mahasiswa tidak hanya sebatas pengetahuan teori dalam kelas. Tapi juga pengalaman spiritual dan perubahan diri mahasiswa setelah mempraktekkan ilmu akhlak tasawuf secara langsung sesuai anjuran dan pengarahan dosen.
4.      Kesulitan-kesulitan evaluasi (UTS/UAS)
(Tidak ditemukan kesulitan dalam evaluasi materi perkuliahan akhlak tasawuf, baik di UTS atupun di UAS) Karena dosen memberikan kisi-kisi materi yang akan di ujikan. Dan kisi-kisi tersebut sesuai dengan materi yang dikaji bersama selama dalam perkuliahan. Mahasiswa juga telah mempraktekkan teorinya sendiri, dan mengambil contoh fenomena sosial, sehingga meminimalisir kesulitan jika diadakan evaluasi teori.
E.     Penutup
Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas tidak akan berjalan dengan baik tanpa menggunakan media dan metode yang baik. Penggunaan metode belajar yang salah akan mengakibatkan isi pembelajaran yang disampaikan menjadi tidak tersampaikan secara utuh. Mahasiswa diharuskan mempraktekkan ajaran-ajaran akhlak tasawuf apabila ia ingin mendapatkan pengalaman spiritual. Metode praktik ini didasarkan pada trial and learning karena metode ini untuk membuktikan kebenaran yang ada dalam firman Allah SWT di dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Al-Hadis Nabi Muhammad SAW. Mahasiswa harus mempraktekkan sedekah dulu, apabila disertai dengan keyakinan maka mahasiswa pasti mendapatkan balasan sepuluh kali lipatnya atau lebih, juga sebaliknya jika mahasiswa meragukan kebenaran janji Allah SWT maka ia akan mendapatkan balasan sesuai persangkaannya kepada Allah SWT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARUNIA ITU BERNAMA AKAL YANG KREATIF

A.     PENDAHULUAN Pola berfikir manusia bermacam-macam. Ada yang biasa berfikir kreatif dan konstruktif, dan ada ju...