BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kurikulum adalah seperangkat isi, bahan
ajar, tujuan yang akan ditempuh sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Departemen Agama dalam “Kendali
Mutu Pendidikan”, menerangkan kurikulum pendidikan agama Islam adalah
seperangkat kurikulum yang disusun berdasarkan pokok-pokok ajaran Islam.
(Departemen Agama, 2001: 15).
Menurut
Departemen Pendidikan Nasional, kurikulum PAI adalah mata pelajaran yang
disusun dan dikembangkan dari ajaran-ajaran poko (dasar) yang terdapat dalam
Agama Islam sehingga PAI merupakan bagian yang diajarkan dari kurikulum yang
disusun di unit pendidikan tertentu. Ditinjau dari segi muatan pendidikannya,
PAI merupakan mata pelajaran pokok yng menjadi satu komponen yang tidak dapat
dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang bertujuan untuk membentuk moral dan
kepribadian peserta didik yang baik (Departemen Pendidikan Nasional, 2004: 2).
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj
yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Sedangkan
kurikulum pendidikan (manhaj al-dirosah) dalam kamus Tarbiyah
adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.[1]
Sehingga dapat
disimpulkan, bahwa kurikulum PAI adalah kurikulum yang disusun berdasarkan
pokok-pokok ajaran Islam sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan Agama
Islam.
|
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana
penjelasan implementasi kurikulum PAI?
2. Bagaimana
penjelasan implementasi pengembangan kurikulum PAI?
3. Apa
dampak dari implementasi pengembangan kurikulum PAI?
C. Tujuan
1. Memahami
penjelasan implementasi kurikulum PAI?
2. Memahami
penjelasan implementasi pengembangan kurikulum PAI?
3. Memahami
dampak dari implementasi pengembangan kurikulum PAI?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Implementasi Kurikulum PAI
Menurut Hasan (1984: 12) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu “karakeristik kurikulum,
strategi implementasi, karakteristik penilaian, pengetahuan guru tentang
kurikulum, sikap terhadap kurikulum, dan keterampilan mengarahkan.”
Sementara menurut Mars (Rusman, 2002:
22): “terdapat lima elemen yang memengaruhi implementasi kurikulum sebagai
berikut: dukungan dari kepala sekolah, dukungan dari rekan sejawat guru,
dukungan dari siswa, dukungan dari orang tua, dan dukungan dari dalam diri guru
unsur yang utama.”
Implementasi kurikulum adalah bagian yang paling menentukan dalam siklus
kurikulum. Ini karena seringkali kegagalan kebijakan pendidikan yang menyangkut
kurikulum terjadi bukan karena tidak tepatnya kebijakan yang dikeluarkan,
melainkan implementasinya yang tidak tepat. Oleh karena itu, sebaik apapun
kurikulum dirumuskan, tentu tidak akan bermakna apapun bila implementasinya
tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Banyak orang beranggapan bahwa implementasi kurikulum merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari pengembangan kurikulum, karenanya tidak perlu diperhatikan
secara khusus. Padahal, implementasi kurikulum, terlebih sebuah kurikulum baru,
memerlukan berbagai pra-kondisi baik teknis maupun non-teknis yang sangat
menentukan bagi sukses atau tidaknya sebuah kurikulum. Dalam banyak kasus,
implementasi kurikulum menghendaki adanya perubahan pemahaman, kemampuan dan
pola hubungan di lembaga-lembaga pendidikan.
Dari pengertian tersebut memberikan
pemahaman bahwa kurikulum dalam dimensi kegiatan adalah sebagai manifesti dari
upaya untuk mewujudkan kurikulum yang masih bersifat dokumen tertulis menjadi
aktual dalam serangkaian aktifitas pembelajaran.Implementasi kurikulum
seharusnya menempatkan pengembangan kreativitas siswa lebih dari penguasaan
materi. Dalam kaitan ini, siswa ditempatkan sebagai subjek dalam proses
pembelajaran.
Komunikasi dalam pembelajaran yang
multiarah seyogyianya dikembangkan sehingga pembelajaran kognitif dapat
mengembangkan kemampuan berpikir siswa tidak hanya penguasaan materi. Selain
itu, pembelajaran berpikir sebaiknya dikembangkan dengan menganalisis dan
merekonstruksi sehingga terbentuk pengetahuan baru dalam diri siswa. Oleh sebab
itu, pembelajaran bukan hanya mentransfer atau memberikan informasi, namun
lebih bersifat menciptakan lingkungan yang memungkinkan siswa dapat berpikir
kritis dan membentuk pengetahuan.
Menurut Nana Syaodih S., (2001), untuk
mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan rancangan, dibutuhkan beberapa
kesiapan, terutama kesiapan pelaksanan. Sebagus apapun desain atau rancangan
kurikulum yang dimiliki, tetapi keberhasilannya sangat tergantung kepada guru.
Kurikulum yang sederhana pun apabila gurunya memiliki kemampuan, semangat, dan
dedikasi yang tinggi, hasilnya akan lebih baik daripada desain kurikulum yang
hebat, tetapi kemampuan, semangat, dan dedikasi gurunya rendah. Guru adalah
kunci utama keberhasilan implementasi kurikulum. Sumber daya pendidikan yang
lain pun seperti sarana prasarana, dan biaya terbatas, guru yang kreatif dan
berdedikasi tinggi, dapat mengembangkan program, kegiatan, dan alat bantu
pembelajaran yang inovatif.[2]
Departemen Agama RI, implementasi proses
belajar mengajar pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah umum terbagi menjadi
dua. Proses belajar intra kurikuler dan proses belajar mengajar ekstra
kurikuler. Untuk kegiatan intra kurikuler waktu proses dua (2) jam pelajaran
per minggu atau 2x40 menit dengan kurikulum yang sudah di susun oleh Departemen
Agama. Sedangkan untuk pengajaran ekstra kurikuler dilakukan di luar jam
sekolah atau pada jam-jam ekstra yang difasilitasi oleh sekolah. Kegiatan
pengajaran jenis ini biasanya melalui organisasi esktra keagamaan yang ada di
sekolah yang umum disebut ROHIS (Rohani Islam).
Menurut
Mujtahid (2008: 55), untuk mencapai hasil yang maksimal peran kurikulum dapat
diterapkan melalui dua model, yaitu pendekatan makro dan pendekatan mikro kedua
pendekatan tersebut digunakan untuk mengefektifkan penerapan kurikulum
pendidikan agama Islam yang memiliki jangkauan visi yang luas dan terpadu
(integral) berdasarkan kebutuhan dan orientasi pembelajaran pendidikan agama
Islam yang memiliki nuansa futuristik dan penuh dengan harapan dari semua
pihak.
1)
Pendekatan
Makro
Masih
menurut Mujtahid (2008 : 55), Model pendekatan makro berupaya menghadirkan
proses pembelajaran pendidikan agama Islam dapat memberikan nuansa yang berbeda
dan harapan kolektif dari semua pihak.
Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah :
a.
Merangsang
pembelajaran yang unggul
b.
Merumuskan
kembali tujuan kurikulum PAI
c.
Menciptakan
sumber belajar unggul
d.
Mengukur
kemampuan awal siswa
e.
Pembentukan
performansi perilaku
f.
Menyusun
evaluasi.
2)
Pendekatan
Mikro
Model pendekatan mikro dalam reformulasi penerapan kurikulum pendidikan
agama Islam, yaitu suatu tahapan secara praktis dan sistematis yang
memperhatikan situasi dan kondisi sumber daya dukung lembaga pendidikan.
Pendekatan mikro lebih dihadapkan pada hal-hal yang bersifat fungsional,
khususnya pengembangan materi, peran guru dan siswa dalam interaksi
pembelajaran. Ketiga komponen tersebut merupakan suatu sistem dalam pendidikan yang
perlu mendapatkan perhatian oleh para pelaku pendidikan. Adapun langkah-langkah
yang dapat ditempuh lembaga pendidikan untuk menerapkan kurikulum pendidikan
agama Islam melalui model pendekatan mikro ini sebagai berikut:
a)
Menentukan
Tujuan Materi
b)
Mengukur
Kemampuan Awal Siswa dan Solusinya
c)
Pembentukan
Perfomansi (perilaku)
d)
Menyusun
Evaluasi
Menurut Oemar Hamalik, mengatakan bahwa implementasi
kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi. Pengembangan program mencakup program pembelajaran,
program bimbingan dan konseling atau remedial.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilaku yang
lebih baik. Sementara evaluasi adalah proses penilaian yang dilakukan sepanjang
pelaksanaan kurikulum.[3]
Dalam pengimplementasian kurikulum diperlukan komitmen
semua pihak yang terlibat, seperti dukungan kepala sekolah, guru dan dukungan
internal dalam kelas. Peran guru dalam implementasi kurikulum di sekolah sangat
menentukan sekali. Bagaimanapun baiknya sarana dan prasarana pendidikan, jika
guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik maka impelementasi kurikulum tidak
akan berhasil secara maksimal.
B. Implementasi pengembangan kurikulum PAI
Menurut Oemar Hamalik (2008: 237) implementasi merupakan suatu proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis
sehingga membentuk dampak, baik berupa perbuahan pengetahuan, keterampilan,
maupun nilai sikap.
Sedangakan kurikulum menurut M. Joko Susilo (2007: 77) jangka waktu
pendidikan yang harus ditempati oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh
ijazah.
Jadi implementasi kurikulum juga dapat diartikan sebagai aktuyalisasi
kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran.
Berdasarkan dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa implementasi kurikulum
adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan
dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pealaksanaan dengan
pengelolaan, sambil sementara dilaksanakan penyesuaian terhadap ortuasi
lapangan dan karakteristik peserta didik , baik perkembangan intelektual,
emosional, serta fisiknya.
Pengembangan
kurikulum PAI adalah suatu proses atau kegiatan yang mengaitkan satu komponen
dengan komponen yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum PAI yang lebih baik,
meliputi kegiatan penyusunan, pelaksanaan dan penyempurnaan kurikulum PAI.
Jadi Implementasi pengembangan kurikulum
PAI adalah pelaksanaan pengembangan kurikulum yang dirancang berdasarkan dalil
Al-Quran dan Al-Hadis, yang bertujuan agar manusia mendapat kesejahteraan baik
dunia maupun diakhirat. Berpedoman pada ruang lingkup pendidikan islam yang
ingin dicapai, maka kurikulum pendidikan islam itu berorientasi pada tiga hal
yaitu[4]:
a. Tercapainya
tujuan hablum minallah
b. Tercapainya
tujuan hablum minannas
c. Tercapainya
hubungan hablum minal ‘alam
C. Dampak
Implementasi Pengembangan Kurikulum PAI
Dampak adalah pengaruh kuat yang
mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif) sedangkan Implementasi adalah
pelaksanaan. Istilah pengembangan
menunjukkan kepada suatu kegiatan yang menghasilkan suatu cara yang “baru”,
dimana selama kegiatan tersebut, penilaian dan penyempurnaan terhadap cara
tersebut dilakukan.
Pengertian pengembangan ini berlaku juga
bagi kurikulum pendidikan, karena pengembangan kurikulum juga terkait
penyusunan kurikulum itu sendiri, dan pelaksanaannya pada satuan pendidikan
disertai dengan evaluasi dengan intensif (Syaodih, 2004).
Dengan
demikian dampak implementasi pengembangan kurikulum adalah pengaruh kuat/ apa
yang terjadi setelah pelaksanaan
pengembangan kurikulum PAI.
Dampak
dari implementasi pengembangan kurikulum PAI adalah:
1. Melalui
Pendekatan Subjek Akademis
Berkembangnya
disiplin ilmu, karena tujuan kurikulum subyek
akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa
menggunakan ide-ide dan proses penelititan
2. Melalui
Pendekatan Humanistik
Terwujudnya
partisipasi murid dalam belajar, Pendekatan
Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide memanusiakan manusia.
Penciptaan konteks yang memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human,
untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar
evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan. Kurikulum ini menekankan
partisipasi murid dalam belajar. Kegiatan belajar adalah belajar bersama,
melalui berbagai bentuk aktivitas kelompok.
3. Melalui Pendekatan Rekontruksi Sosial
Peserta didik mampu terjun kemasyarakat dengan dilandasi oleh
internalisasi ajaran dan nilai-nilai Islam, yang mengandung makna bahwa setiap
langkah dan tahap kegiatan yang hendak dilakukan dimasyarakat selalu dilandasi
oleh niat yang suci untuk menjunjung tinggi ajaran dan nilai-nilai fundamental
Islam sebagaimana yang tertuang dan terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah/hadis
Rasulullah Saw., serta berusaha membangun kembali masyarakat atas dasar
komitmen, loyalitas dan dedikasi sebagai pelaku terhadap ajaran dan nilai-nilai
Islam tersebut.
Karena kurikulum rekonstruksi sosial disamping menekankan isi pembelajaran
atau pendidikan juga sekaligus menekankan proses pendidikan dan pengalaman
belajar. Pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahawa manusia adalah sebagai
makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia lain, selain
hidup bersama, berinteraksi dan bekerja sama.
D. Analisis
Pengembangan kurikulum perlu
dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan
internal maupun tantangan eksternal. Disamping itu, di dalam menghadapi
tuntutan perkembangan zaman, dirasa perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan
penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Juga dalam
pengimplementasian pengembagan kurikulum PAI diharapkan terciptanya hablum
minAllah, yaitu hubungan manusia atau lebih khususnya peserta didik dengan
Allah Swt, dan juga setelah terciptanya hablum minAllah, diharapkan terciptanya
hablum minannas yang baik, yaitu hubungan manusia dengan manusia yang lain,
bisa diartikan sebagai interaksi sosial. Agar dalam kesehariannya peserta didik
mampu berinteraksi sosial dengan baik dan dilandaskan oleh ajaran agama islam
yang kuat. Setelah dianalisa dampak dari implementasi pengembangan kurikulum
sangat kuat, karena pengembangan kurikulum sangat mempengaruhi perkembangan
potensi peserta didik. Karena itu setelah kurikulum dikembangkan maka harus
diiplementasikan agar dapat diketahui apakah kurikulum yang digunakan berhasil
atau gagal, dan juga dapat diketahui dampaknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implementasi pengembangan kurikulum PAI
adalah pelaksanaan pengembangan kurikulum yang dirancang berdasarkan dalil
Al-Quran dan Al-Hadis, yang bertujuan agar manusia mendapat kesejahteraan baik
dunia maupun diakhirat. dengan adanya implementasi pengembangan kurikulum diharapkan
tercapainya tujuan hablum minAllah, hablum minnas, dan juga hablum min ‘alam.
Dampak/
apa yang terjadi setelah dilaksanakannya pengembangan kurikulum PAI adalah
antara lain:
Berkembangnya
disiplin ilmu, terciptanya partisipasi murid dan juga Peserta didik mampu terjun kemasyarakat dengan dilandasi oleh
internalisasi ajaran dan nilai-nilai Islam, yang mengandung makna bahwa setiap
langkah dan tahap kegiatan yang hendak dilakukan dimasyarakat selalu dilandasi
oleh niat yang suci untuk menjunjung tinggi ajaran dan nilai-nilai fundamental
Islam sebagaimana yang tertuang dan terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah/hadis
Rasulullah Saw., serta berusaha membangun kembali masyarakat atas dasar
komitmen, loyalitas dan dedikasi sebagai pelaku terhadap ajaran dan nilai-nilai
Islam tersebut.
B. Saran
Dari beberapa materi yang telah
dipaparkan dalam pembahasan, penulis menyarankan agar makalah ini lebih
dilengkapi dan disempurkan dari apa-apa yang belum ada didalamnya. Dan semoga
bermanfaat bagi penulisnya khususnya dan pembaca umumnya.
Daftar Pustaka
Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
Rusman. Manajemen Kurikulum. Bandung: PT Raja Grafindo
Persada. 2008.
Majid, Abdul. Belajar
dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2012.
Poker Room Tickets - Las Vegas - JetXtra
BalasHapusFree ticketing of poker rooms at JetXtra Casino and Hotel on 포천 출장마사지 Dec 09, 2021. 논산 출장안마 Use it to view 거제 출장안마 upcoming events, 강릉 출장안마 track your schedule, and see what you need to know.Jan 18, 2022Gabby 제천 출장샵 BrooksJan 18, 2022Chilemo BrooksJan 18, 2022Gabby Brooks