Senin, 20 Juni 2016

KARUNIA ITU BERNAMA AKAL YANG KREATIF







A.    PENDAHULUAN
Pola berfikir manusia bermacam-macam. Ada yang biasa berfikir kreatif dan konstruktif, dan ada juga yang terbiasa dengan pola destriktif. Disamping itu ada yang memiliki pemikiran mendalam, ada juga yang berpikir dangkal. Pada dasarnya, perbedaan dalam cara berpikir tersebut merupakan perbedaan dalam hal seberapa besar perhatian seseorang dalam optimalisasi daya intelektual tubu dan mentalnya.
Diantara berbagai jenis kemampuan berpikir diatas, kemampuan berpikir kreatiflah yang mampu mengantarkan manusia pada peradaban modern, menanggulangi berbagai penyakit, melesatkan teknologi ruang angkasa, melakukan investigasi tentang kemungkinan adanya kehidupan lain selain di planet bumi, serta menciptakan alat-alat yang rumit untuk menegtahui inti atom sekaligus memahami rahasia-rahasiaNya.
Pada tingkatan individual, kemampuan berpikir kreatif menciptakan peluang pengembangan kepribadian melalui upaya meningkatkan kemampuan konsentrasi, meningkatkan kecerdasan intelektual, meningkatkan kepercayaan kepada diri sendiri dan orang lain, memahami kepribadian, meningkatkan pengertian, memahami kekurangan yang ada pada pribadi tertentu sekaligus menentukan solusianya, serta menguasai teknik mempengaruhi orang lain dengan baik sekaligus meninggalkan kesan yang baik sejak pertemuan pertama.
Berpikir kreatif adalah kenisacayaan bagi manusia. Kebutuhan untuk berpikir kreatif itu tidak terbatas pada masalah-masalah rumit sebagaimana diyakini oleh sebagian kalangan, tetapi juga merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir kreatif dapat mencegah seseorang mengeluarkan harta untuk hal-hal yang tidak wajar serta mencegah seseorang terjerumus dalam masalah yang berkepanjangan, pertengkaran, dan perseteruan dengan orang lain.
Pemikiran yang kreatif dan konstruktif adalah pemikiran yang membebaskan diri dari belenggu imajinasi, dan dalam waktu yang bersamaan membuat berfikir logis. Pemikiran seperti itu merupakan gabungan filsafat yang memberi manusia daya pemikiran dengan persepsi filosofis yang mengilhami pikiran-pikiran yang kreatif dan konstruktif tersebut.
Pemikiran kreatif berbeda dengan pemikiran filosofis. Bagaimanapun, misi utama filsafat adalah merangsang rasio dan mendorong akal untuk berpikir, bukan mentransfer kandungan pengetahuan yang konstan dari generasi ke generasi berikutnya sehingga muncul pengembangan atau hasil yang lebih kreatif lagi.
B.     PEMBAHASAN
Dari segi penekananya, (Rodhe, 1961) kreativitas dapat didefinisikan ke dalam 4 jenis dimensi sebagai Four P’s Of Creativity yaitu dimensi person, process, press dan product. Definisi kreativitas darri dimensi person seperti dikemukakan oleh Guilford (1950): creativity revers to the abilitiestaht are characteristics of creative people. Definisi kreativitas yang menekankan process seperti yang diajukan Munandar (1982): ceativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in origiality of thinking. Dari dimensi press, Amabile (1983) mengemukakan bahwa: creativity can be regarded as the quality of product as respons judgesto be creative by the appropriate observes. Definisi kreativitas dari dimensi product sebagaimana dikemukakan oleh Baron (1976) bahwa: creativity is the ability to bring something new into existence.
Utami Munandar (1982) dalam uraiannya tentang pengertian kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan, yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasi, memecahkan atau menjawab masalah dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif. Ketiga tekanan kemampuan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.
2.      Kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah kuantitas,ketepatgunaan dan keragaman jawaban.
3.      Kemampuan yang secara operasional mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
Masih banyak definisi dan pandangan mengenai kreativitas, namun pada dasarnya terdapat persamaan antara definisi-definisi tersebut. Dari beberapa uraian definisi diatas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang  baru,baik berupa gagasan maupun karya nyata.
Dalam membantu anak mewujudkan kreativitas mereka, anak perlu dilatih dalam ketrampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat atau talenta mereka. Pendidik terutama oranng tua perlu menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan ketrampilan kreatif anak, serta menyediakan sarana dan prasarana. Disamping perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan, perlu ada motivasi intrinsik pada anak. Minat anak untuk melakukan sesuatu harus tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Dacey telah melakukan penelitian di inggris terhadap kehidupan keluarga yang berbeda dari keluarga biasa. Dari keluarga yang menjadi sampel penelitian ini, sebagian dipilih karena salah satu dari orang tuatermasuk lima persen paling atas adalam kinerja kreatif dalam profesinya berdasarkan penilaian anggota profesi tersebut. Sebagian lainnya dilibatkan dalam sampel penelitian karena salah satu anak remaja dari keluarga tersebut dinilai sebagai paing kreatif (lima persen paling atas) oleh staf pengajar yang mampu mengetahui. Kesimpulan yang dapat ditarik dari studi (S. Dacey, 1983) dirangkum oleh Utami Munandar (2012) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas seseorang dalam suatu keluarga ada 16 faktor. Yaitu faktor genetis dan ingkungan, atuan perilaku, tes kreativitas sebagai prediktor prestasi kreatif remaja, masa kritis, humor, ciri-ciri menonjol lainnya, kondiri perumahan, pengakuan dan penguatan pada usia dini, gaya hidup orang tua, trauma, dampak dari sekolah, kerja keras, dominasi lateral, perbedaan jennis kelamin, penilaian orang tua mengenai kreativitas anak, jumlah koleksi. Dalam keluarga dengan remaja kreatif, tidak banyak aturan diberlakukan dalam keluarga dibandingkan keluarga yang biasa. Banyak diantara remaja yang kreatif pernah mengalami masa krisis atau trauma dalam hidup mereka. Humor juga merupakan ciri yang sering tampil dalam keluarga kreatif. Lebih dari setengah remaja tinggi kreatifnya dari pada keluarga dimana salah seorang dari orang tuanya dinilai sebagai snagat kreatif. Keluarga kreatif lebih sering pindah rumah, dan penataan rumahnya pun berbeda dari rumah pada umumnya. Orang tua menemukenali tanda-tanda kekreatifan anak sudah sejak usia dini, mereka mendorong dan memberi banyak kesempatan untuk mengembangkan bakat anak. Banyak orang tua dari keluarga kreatif mempunyai hobi yang dikembangkan disamping karier mereka. Orang tua dan anak dari keluarga kreatif sama-sama berpendapat bahwa peranan sekolah tidak penting dalam pengembangan kreativitas anak. Tetapi remaja kreatif cenderung untuk bekerja lebih keras daripada teman sekolah mereka. Agaknya dominasi dari belahan otak kanan (yang diasumsi dengan fungsi-fungsi kreatif) lebih kuat pada kelompok remaja yang kreatif. Dalam studi ini tidak tampak perbedaan antara jenis kelamin dalam skor kreativitas. Ternyata jumlah koleksi lebih tinggi pada remaja yang kreatif, dengan koleksi yang tidak lazim.
Beberapa penelitian di Indonesia mengenai hubungan antara latar belakang keluarga, tingkat pendidikan orang  tua, nilai-nilai yang dipentingkan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak, baik pada jenjang pendidikan dasar (Utami Munandar, 1997) maupun pada jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Dedi Supriadi, 1994) pada umumnya memperkuat teori dan hasil penelitian di luar negeri mengenai faktor-faktor penentu dalam memupuk dan meningkatkan bakat dan kinerja kreatif anak. Dari beberapa penelitian dapat disimpulkan bahwa sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak sangat berbeda dari sikap orang tua yang tidak menunjang pengembangan kreativitas anak. Penting pula peranan kelompok orang  tua anak berbakat sebagai pendukung programm anak berbakat disekolah, misalnya dalam mencari mentor, mambantu pelaksanaan program anak berbakat, dan dapat membantu mengajar jika memiliki keahlian tertentu.
Perlu diketahui oleh setiap orang  tua bahwa sekolah berfungsi sebagai pelengkap dalam membantu perkembangan belajar anak. Semua anak disekolah memerlukan guru yang baik, tidak hanya anak berbakat. Guru menentukan tujuan dan sasaran belajar, membantu pembentukan nilai pada anak (nilai hidup, nilai moral dan nila sosial), memilih pengalaman belajar, menentukan metode atau srategi mengajar, dan yang paling penting, menjadi model perilaku bagi siswa. Bagaimanapun, tidek semua guru dapat mengajar siswa berbakat. Mandell dan Fiscus (dikutip Sick, 1987) melaporkan hasil penelitian bahwa siswa berbakat dapat bereaksi dengan kemarahan, kebencian, atau kesebalan jika guru menekan mereka.
Karakteristik guru anak berbakat dapat digolongkan menjadi karakteristik filosofis, profesional, dan pribadi. karakteristik filosofis penting karena pandangan guru mengenai pendidikan ikut menentukan pendekatan mereka terhadap siswa dikelas. Guru anak berbakat perlu mencerminkan sikap kooperatif dan demkratis, serta mempunyai kompetensi dan minat terhadap proses pembelajaran. Karaktersitik profesional meliputi strategi untuk mengoptimalkan belajar siswa berkabat, ketrampilan bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan dan pemahaman psikologi siswa berbakat. Karakteristik pribadi meliputi empati, toleransi terhadap ketaksaan (ambiguity), kesejatian, aktualisasi diri, dan antisiasme (semangat). Persiapan guru anak berbakat dapat melaui program bergelar atau program pelatihan dalam jabatan. Pelatihan dalam jabatan adalah pelatihan jangka pendek. Saran Gallagher  dan Renzulli (Utami Munandar, 2012) berguna untuk merencanakan pelatihan efektif bagi guru. Kita perlu membedakan peranan mentor pribadi yang dipilih anak dan dan mentor narasumber yang dipilih oleh sekolah. orang tua dapat membantu penyelenggaraan program anak berbakat disekolah. Karena memang perlu relasi harmonis antara guru dengan orang tua karena orang tualah yang paling tahu kekuatan dan kelemahan perilaku karakteristik anaknya. Geraldine (dikutip Tim Pustaka Familia, 2006) menyatakan hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1.      Adakan waktu minimal satu kali dalam satu semester datang kesekolah dan bertemu guru wali keas. Jangan diwakilkan, karena orang tua perlu mendalami bagaimana proses belajar di sekolah dan stimulasi mana yang perlu diberikan olah orang tua agar anak merasa senang belajar. Melaui diskusi dan temu muka dengan guru dan orang tua dapat menjalin relasi yang baik dan harmonis.
2.      Relasi ini akan mencerminkan persepsi bagaimanakah karakteritik guru bagi anak sekolah. Tidak jarang ada orang tua yang menuding bahwa guruny agalak, cuek, dan tidak bisa mengajar. Impresi ini akan lenyap setelah tumbuh relasi harmonis antara guru dan orang tua lyang dijalin oleh sekolah.
3.      Hadiri setiap undangan dari kepala sekolah. sikap proaktif akan lebih menguntungkan dari pada sikap menolak. Orang tua akan belajar berbagai situasi nyata, belajar kenal anak orang lain, belajar memperkaya intuisi tentang kemampuan pembelajaran dan metode mengajar di sekolah.
4.      Kerja sama dalam bentuk relasi guru dan orang tua akan memberi sumbangsih edukatif bila anak sedang stress atau phobia sekolah.
Sejauh mana guru dapat mengajar kreativitas? Ditinjau dari model Amabile (1989) kreativitas merupakan titik atau daerah pertemuan antara tiga komponen. Dari tiga komponen ini, ketrampilan bidang dapat dilatih oleh guru, demikian pula ketrampilan berfikir dan bekerja kreatif, namun motivasi intrinsik tidak dapat diajarkan secara langsung, tetapi dapat tumbuh dalam iklim kelas yang menunjang kreativitas.
Pendapat dan gagasan beberapa pakar Indonesia mengenai kaitan dan peranan faktor-faktor sosial-budaya dengan pengembangan kreativitas angota mayarakat menunjukkan kesamaan dengan temuan pakar dan peneliti di luar negeri sehubungan dengan kondisi sosial-budaya yang menunjang atau menghambat kreativitas bangsa. Faktor penentu yang dimaksud melalui adanya interaksi adanya dua gerak psikologis, yaitu pengendalian konservatif dan tantangan menghadapi pembaharuan, perkembangan teknologi tingkat tingggi yang digunakan secara efektif , keterbukaan terhadap rangsangan budaya baru, adanya kebebasan untuk ungkapan kreatif dan komunikasi, dan keterpaduan kebudayaan Indonesia yang baru dengan kebudayaan dunia yang sedang tumbuh. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan anak dapat terwujud melalui berbagai bentuk kerja sama. anak kreatif dan berbakat dapat mengunjugi beberapa tempat tempat kerja bisnis dan organsasi, dan memperoleh pelatihan disana. Pemimpin perusahaan, tokoh masyarakat yang memiliki keahlian atau ketrampilan dalam bidang tertentu dapat memberi ceramah atau pelatihan disekolah. Bisnis atau perusahaan dapat membantu seleksi siswa yang akan diberi beasisiwa, atau yang akan bekerja di perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Atau perusahaan dapat membiayai penelitian yang dilakukan siswa mengenai berbagai masalah dalam masyarakat, sehingga dapat melatih ketrampilan penelitian dan mendekatkan siswa berbakat terhadap masalah nyata kehidupan.
Akhir-akhir ini main tampak peran serta masyarakat untuk memupuk kreativitas siswa dalam berbagai bidang dengan menyelenggarakan kursus, pelatihan, sanggar, dan sebagainya. Namun masil perlu lebih digalakkan ialah kerja sama tiga lingkungan pendidikan (sekolah, keluarga dan masyarakat) dalam pengadaan berbagai alternatif program pendidikan anak kreatif.
C.     PENUTUP
Anak kreatif dan berbakat mempunyai kebutukan dan masalah khusus, mereka dapat memberi sumbangan yang luar biasa kepada masyarakat bila mendapat pembinaan yang tepat untuk mengembangkan kreativitas, kemampuan dan bakat secara utuh dan optimal. Jika tidak, mereka akan menjadi underachiever (seseorang yang kinerjanya dibawah kemapuannya). Hal ini tidak hanya merugikan perkembangan dirinya saja, tetapi juga merugikan masyarakat yang kehilangan bibit ungul untuk pembangunan negara.
Oleh karena itu, kreativitas merupakan hal esensial untuk pertumbuhan dan keberhasilan pribadi, dan sangat vital untuk pembangunan Indonesia. sehingga kebutuhan akan pengembangan bakat dan kreativitas dirasa sudah sangat mendesak.
Sehubungan dengan ini, kewajiban kita semualah untuk membantu memupuk talenta dan kemampuan anak, seperti juga kewajiban kita terhadapa masyarakat.






DAFTAR PUSTAKA
Familia, Tim Pustaka. 2006. Warna Warni Kecerdasan Anak Dan Pendampingannya. Jakarta: Kanisius
Buzan, Tony. 2003. The Power Of Creative Intelegence: Sepuluh Cara Jadi Orang Yang Jenius Kreatif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Supriyadi, Dedi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan Dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta
Munandar, Utami. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Munandar, Utami. 1977. “Creativity And Education: A Study Of The Relationship Between Measures Of Creative Thinking And A Number Of Educational Variables In Indonesia Primary An Junior Secondary Schools” Disertasi Doktor Psikologi. Jakarta: Univesitas Indonesia
Munandar, Utami. 1982. Pemanduan Anak Berbakat: Suatu Studi Penjajakan. Jakarta: Rajawali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARUNIA ITU BERNAMA AKAL YANG KREATIF

A.     PENDAHULUAN Pola berfikir manusia bermacam-macam. Ada yang biasa berfikir kreatif dan konstruktif, dan ada ju...